9 FAKTA TENTANG VAPE YANG HARUS KAMU KETAHUI!
Industri vape di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, memunculkan berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat. Apakah vape memiliki peran yang sama dengan rokok? Apakah vape membawa risiko kesehatan yang setara dengan rokok? Apakah vape hanya sebutan lain untuk e-cigarette? Seiring dengan pertumbuhan industri vape, banyak pertanyaan yang muncul terkait hal ini. Untuk memberikan penjelasan yang lebih jelas, mari kita bahas 10 fakta penting tentang vape yang perlu kamu ketahui.
Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan lebih lanjut, ada cerita menarik yang perlu diperhatikan. Banyak perokok tembakau di Indonesia yang beralih ke vape dan mengakui bahwa vape membantu mereka berhenti merokok. Mereka juga merasa bahwa penggunaan vape mengurangi risiko timbulnya penyakit yang biasa diderita oleh perokok aktif, seperti batuk, gangguan pernapasan, dan masalah kesehatan lainnya.
Selain itu, semakin banyak orang di Indonesia yang sebelumnya tidak merokok, kini juga mulai menggunakan vape. Mereka tertarik dengan beragam rasa yang ditawarkan oleh liquid vape, yang memiliki aroma yang menggoda. Ada rasa buah, creamy, bahkan susu. Aroma yang dikeluarkan oleh vape cenderung lebih menyenangkan dan tidak mengganggu kenyamanan orang di sekitar, berbeda dengan asap rokok yang seringkali mengganggu.
Namun, meski vape tidak mengeluarkan asap, melainkan uap, status kelegalannya di ruang publik seringkali disamakan dengan rokok tembakau. Hal ini menimbulkan kesan bahwa vape berbahaya seperti rokok, meskipun keduanya jelas berbeda. Untuk lebih memahami perbedaan dan fakta mengenai vape, mari kita simak 10 fakta yang perlu kamu ketahui lebih lanjut.
1. VAPE DAN E-CIGARETTES ADALAH DUA HAL YANG JELAS-JELAS BERBEDA
Ketika vape mulai populer di Indonesia, banyak orang menyebutnya dengan istilah e-cigarettes. Namun, sebenarnya keduanya berbeda dan tidak dapat dipertukarkan. Vape dan e-cigarettes bukanlah hal yang sama.
E-cigarettes memiliki bentuk yang mirip dengan rokok tembakau, namun tidak sebanyak vape yang beredar di Indonesia. E-cigarettes biasanya dapat ditemukan di toko-toko kecil tertentu yang jarang dijumpai. Di luar negeri, e-cigarettes umumnya dijual di pom bensin atau toko-toko khusus rokok. E-cigarettes biasanya dilengkapi dengan filter yang menawarkan berbagai rasa, meskipun tidak sebanyak varian rasa yang ditawarkan oleh liquid vape. Ketika rasa pada e-cigarettes mulai tidak enak, pengguna akan mengganti filter yang lama dengan yang baru.
Di Indonesia, hampir semua toko vape tidak menjual e-cigarettes. Mereka fokus pada penjualan vape dengan berbagai jenis mod, tanpa menyertakan e-cigarettes yang bentuknya mirip dengan rokok tembakau. Biasanya, mod yang tersedia di toko vape adalah mechanical mod dan box mod (electrical mod). Vape menawarkan lebih banyak pilihan rasa dibandingkan e-cigarettes. Pengguna vape bahkan bisa menyesuaikan suhu yang diinginkan, serta bebas bereksperimen dengan mengganti mod, atomizer, atau memilih rasa liquid yang disukai.
Sayangnya, banyak artikel yang masih menyamakan vape dengan e-cigarettes. Dengan penjelasan ini, diharapkan orang-orang tidak lagi menganggap keduanya sebagai hal yang sama, karena faktanya keduanya memiliki perbedaan yang jelas.
2. KANDUNGAN LIQUID ATAU E-JUICE VAPE BUKANLAH SEBUAH TANDA TANYA
Banyak orang yang penasaran tentang bahan-bahan yang terkandung dalam liquid vape. Apa saja kandungan dalam liquid tersebut? Tenang, liquid vape terbuat dari bahan-bahan yang jelas dan mudah dipahami. Bukan campuran bahan yang tidak diketahui asal-usulnya.
Salah satu ahli pembuat liquid vape dari Amerika Serikat, Russel Mills, yang juga dikenal dengan sebutan “Juicemaster General”, mengungkapkan bahwa ia meracik berbagai rasa liquid dengan tangan sendiri. Russel menjelaskan bahwa ada empat bahan utama yang digunakan untuk membuat liquid vape, dan bahan-bahan tersebut mudah ditemukan.
Di antara bahan-bahan yang digunakan, Russel memilih gliserin sayuran sebagai bahan utama. Biasanya, industri pembuatan liquid vape profesional menggunakan gliserin sayuran yang berasal dari sumber organik dan telah mendapatkan sertifikasi. Gliserin ini tidak berpengaruh pada rasa liquid, tetapi mempengaruhi jumlah uap yang dihasilkan saat vaping.
Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan liquid vape adalah propilen glikol. Banyak orang yang menganggap propilen glikol memiliki fungsi yang sama dengan dietilen glikol yang digunakan dalam e-cigarettes. Namun, propilen glikol pada liquid vape berfungsi mirip dengan albuterol, yaitu obat untuk asma yang digunakan untuk melebarkan saluran napas, mempermudah proses menghirup uap dari vape.
Propilen glikol memiliki tekstur yang lebih tipis dibandingkan dengan gliserin sayuran, sehingga bahan ini mempengaruhi rasa yang dihasilkan oleh liquid vape. Berbagai rasa yang ada pada liquid biasanya ditentukan oleh propilen glikol yang digunakan, baik campuran alami maupun buatan, tergantung pada rasa yang ingin diciptakan oleh pembuatnya.
Bahan terakhir yang diperlukan untuk pembuatan liquid vape adalah nikotin. Pembuat liquid biasanya menawarkan berbagai pilihan kadar nikotin, mulai dari 0 hingga 12 mg per milliliter. Hal ini menjadi salah satu pembeda antara vape dan rokok tembakau, karena tidak semua liquid vape mengandung nikotin, sementara rokok tembakau pasti mengandung nikotin.
Dengan penjelasan ini, sekarang tidak ada lagi kebingungan tentang kandungan yang ada dalam liquid vape. Namun, sangat penting bagi pengguna vape untuk berhati-hati dalam memilih liquid, karena ada banyak produsen yang menawarkan produk dengan proses pembuatan yang kurang jelas dan harga yang sangat murah. Sebelum membeli, pastikan untuk memeriksa merek dan reputasi produk tersebut.
3. BANYAK PENGGUNA VAPE YANG MENGGUNAKAN LIQUID BERNIKOTIN RENDAH, ATAU BAHKAN TIDAK MENGANDUNG NIKOTIN SAMA SEKALI
Liquid vape dengan berbagai kadar nikotin, mulai dari 0 hingga 12 mg, tercipta karena tingginya permintaan dari para pengguna vape. Dalam konteks ekonomi, penawaran hanya ada jika ada permintaan. Oleh karena itu, liquid tanpa nikotin pun tersedia karena ada pengguna vape yang lebih suka tanpa nikotin. Misalnya, mereka yang sudah berhasil berhenti merokok dan beralih ke vape seringkali memilih liquid tanpa nikotin.
Selain itu, terdapat juga liquid dengan kandungan nikotin tinggi, hingga 12 mg, karena beberapa pengguna vape memang lebih menyukai kadar nikotin yang tinggi. Biasanya, mereka yang menggunakan liquid nikotin tinggi masih terbawa kebiasaan merokok tembakau. Namun, seiring waktu, banyak pengguna yang mulai menurunkan kadar nikotin dalam liquid yang mereka pilih, karena liquid dengan nikotin tinggi terkadang menghasilkan rasa yang kurang enak jika dibandingkan dengan liquid yang memiliki kadar nikotin lebih rendah.
4. TIDAK ADA SATU TOKO VAPE PUN YANG MENGIZINKAN ANAK DIBAWAH UMUR MEMBELI PRODUKNYA
Sebagian besar toko vape di Indonesia memiliki kebijakan untuk tidak menjual produk mereka kepada anak-anak di bawah usia legal. Mengingat vape saat ini memiliki status legal yang setara dengan rokok, anak-anak yang belum mencapai usia 18 tahun tidak akan diizinkan untuk membeli produk vape. Meskipun dianggap lebih aman dibandingkan rokok tembakau, vape tetap mengandung beberapa zat berbahaya. Oleh karena itu, penjualan vape hanya diperuntukkan bagi orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas. Toko-toko vape biasanya akan meminta kartu identitas untuk memverifikasi usia pembeli, terutama jika tampak ragu apakah pembeli tersebut sudah cukup umur.
Saat ini, belum ada data yang pasti mengenai jumlah remaja yang menggunakan vape di Indonesia. Namun, yang jelas, seluruh toko vape berkomitmen untuk melarang penjualan produk kepada anak-anak di bawah umur. Jika ada orang dewasa yang membeli produk vape untuk diberikan kepada anak-anak, toko-toko vape tidak akan mengizinkannya. Kedepannya, diharapkan akan ada peraturan yang lebih jelas dari pemerintah mengenai penggunaan vape di Indonesia.
5. INDUSTRI VAPE DI SELURUH DUNIA BIASANYA TELAH MEMBUAT REGULASINYA TERSENDIRI
Jika diamati dengan seksama, hampir seluruh produk liquid vape yang beredar di Indonesia, baik yang diproduksi lokal maupun yang diimpor, selalu mencantumkan peringatan seperti “PERINGATAN: Liquid ini mengandung nikotin, hindari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Hanya untuk orang dewasa 18+”. Selain itu, sebagian besar botol liquid vape dilengkapi dengan tutup yang dirancang agar sulit dibuka oleh anak-anak.
Para produsen liquid vape, baik lokal maupun internasional, sebenarnya tidak mendapatkan arahan khusus dari pemerintah terkait cara pengemasan ini. Mereka lebih memilih mengemas produk mereka dengan cara tersebut atas inisiatif sendiri, demi mencegah penyalahgunaan produk atau agar liquid tidak terbuang percuma, terutama oleh anak-anak yang belum cukup umur. Dengan cara ini, para produsen berharap dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap keselamatan dan pada saat yang sama menarik perhatian masyarakat dan pemerintah untuk merumuskan regulasi yang lebih jelas tentang industri vape.
Saat ini, belum ada regulasi resmi dari pemerintah yang secara khusus mengatur status legal vape di Indonesia. Vape masih dianggap sebanding dengan rokok tembakau dalam hal legalitas, meskipun jelas ada perbedaan mendasar antara keduanya, baik dari segi prinsip produsen maupun tujuan penggunaannya. Produsen rokok tembakau lebih fokus pada penciptaan ketergantungan nikotin, sementara produsen vape berusaha menawarkan alternatif yang lebih aman dengan tujuan membantu orang berhenti merokok.
Mereka yang terlibat dalam industri vape sangat menginginkan agar produk mereka diakui sebagai produk yang aman dan sah secara hukum, mengingat mereka berupaya menciptakan produk yang lebih aman dibandingkan rokok tembakau. Sebagian besar produk vape telah diproduksi dengan standar keamanan yang tinggi, seperti penambahan peringatan pada kemasan dan desain tutup botol yang tidak mudah dibuka oleh anak-anak, yang menjadi nilai positif tersendiri dalam industri ini.
6. UAP AIR YANG KELUAR DARI VAPE JELAS TIDAK BERBAHAYA SEPERTI ASAP ROKOK TEMBAKAU
Meskipun kita tahu bahwa vape menghasilkan uap air, bukan asap seperti rokok tembakau, banyak orang yang masih bertanya-tanya tentang bahaya yang ditimbulkan oleh uap tersebut. Apakah uap dari vape lebih berbahaya daripada asap rokok tembakau? Pertanyaan ini sering dijawab dengan “belum ada penelitian yang jelas mengenai vape.” Namun, seiring perkembangan waktu, beberapa studi dan penelitian telah dilakukan untuk memahami dampak vape.
Salah satu penelitian yang diterbitkan oleh European Society of Cardiology pada 2012 mengkaji efek penggunaan perangkat elektrik bernikotin terhadap fungsi jantung. Studi ini menyatakan bahwa perangkat tersebut tidak melalui proses pembakaran seperti rokok tembakau dan mengandung komposisi kimia yang berbeda. Oleh karena itu, uap yang dihasilkan oleh perangkat ini dianggap tidak berbahaya jika dihirup, menjadikannya alternatif yang lebih aman dibandingkan dengan rokok tembakau.
Selain itu, penelitian yang dipublikasikan oleh BMJ Journals pada 2013 mengungkapkan bahwa kandungan karsinogen dan racun pada uap rokok elektrik jauh lebih rendah—antara 9 hingga 450 kali—dibandingkan dengan asap rokok tembakau. Penelitian ini menunjukkan bahwa beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik dapat secara signifikan mengurangi jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh, menjadikannya pilihan yang lebih aman, terutama bagi mereka yang sulit berhenti merokok.
Studi lain yang dilakukan oleh US National Library of Medicine National Institutes of Health pada 2013 meneliti dampak uap rokok elektrik terhadap kualitas udara di dalam ruangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uap air dari rokok elektrik tidak memiliki dampak signifikan terhadap kualitas udara dalam ruangan dan tidak membahayakan orang-orang di sekitar pengguna vape. Ini berbeda dengan rokok tembakau yang asapnya dapat membahayakan orang di sekitarnya, termasuk mereka yang tidak merokok.
Melalui berbagai penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa banyak ahli kesehatan yang setuju bahwa vape, meskipun tidak sepenuhnya bebas dari risiko, jauh lebih aman dibandingkan rokok tembakau baik bagi penggunanya maupun bagi orang-orang di sekitarnya.
7. MENINGKATNYA PENGGUNA VAPE MENJADI ISU MANUFAKTUR ROKOK TEMBAKAU DI INDONESIA
Pada tahun 2015, Kementerian Kesehatan Indonesia melaporkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai sekitar 70 juta orang berdasarkan data dari The Tobacco Atlas. Sayangnya, dari jumlah tersebut, 3,9 juta orang di antaranya adalah remaja dan anak-anak. Menanggapi hal ini, pemerintah berencana untuk meningkatkan harga jual rokok hingga Rp50.000 per bungkus dengan harapan dapat menurunkan angka perokok aktif di Indonesia.
Namun, munculnya industri vape di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir seharusnya bisa mendapatkan perhatian positif dari pemerintah. Vape telah membantu banyak perokok aktif beralih ke alternatif yang lebih aman dan mengurangi kebiasaan merokok. Jepang, sebagai contoh, telah mengalami penurunan penjualan rokok tembakau hingga 20% sejak vape diperkenalkan pada tahun 2014. Penurunan jumlah perokok ini bahkan menyebabkan salah satu industri rokok tembakau di Jepang terpaksa tutup, namun mereka segera beradaptasi dengan memulai usaha dalam industri vape. Langkah ini mendapat dukungan luas, karena vape dianggap sebagai alternatif yang lebih aman untuk berhenti merokok. Masyarakat Jepang pun menganggap uap yang dihasilkan oleh vape lebih higienis dibandingkan asap rokok tembakau.
Sayangnya, di Indonesia, keberadaan vape justru sering menimbulkan kontroversi dan ketidakpastian. Banyak pihak yang khawatir kehadiran vape akan merugikan industri rokok tembakau, bahkan ada yang mengklaim bahwa vape bisa lebih berbahaya daripada rokok tembakau dan bahkan bisa meledak. Tak jarang juga muncul rumor yang menyesatkan terkait vape.
Yang paling mengejutkan, Kementerian Perdagangan sempat mempertimbangkan untuk melarang penjualan vape di Indonesia dengan alasan untuk melindungi industri tembakau. Padahal, bukankah sudah jelas dampak negatif rokok tembakau terhadap kesehatan? Jika vape benar-benar bisa membantu orang-orang berhenti merokok, mengapa justru harus dilarang? Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa vape jauh lebih aman daripada rokok, dan uap air yang dihasilkan oleh vape tidak berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya seperti asap rokok. Jika tujuan utama adalah mengurangi jumlah perokok aktif, maka kebijakan yang mendukung alternatif seperti vape seharusnya lebih dipertimbangkan, daripada terus mempertahankan industri rokok tembakau yang jelas merugikan kesehatan masyarakat.
8. VAPE SANGAT MEMBANTU PARA PEROKOK AKTIF UNTUK BERHENTI MEROKOK
Seiring dengan berkembangnya industri vape global, banyak studi yang mengungkapkan bahwa vape dapat menjadi salah satu solusi efektif untuk membantu perokok aktif berhenti merokok. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang mendukung hal tersebut.
Salah satu penelitian longitudinal yang dipublikasikan dalam *Addictive Behaviors Journal* menunjukkan bahwa di antara peserta yang beralih ke vape, sekitar 72% di antaranya adalah mantan perokok aktif, dan 76% menggunakannya setiap hari. Para peserta yang baru beralih ke vape biasanya menghisap sekitar 150 kali per hari dan memilih liquid dengan kadar nikotin tinggi. Setelah sebulan menggunakan vape, sekitar 98% peserta masih melanjutkan penggunaan secara rutin. Bahkan, sekitar 89% berhasil terus menggunakan vape selama satu tahun dan sepenuhnya berhenti merokok.
Berhenti merokok memang bukan hal yang mudah, dan banyak pengguna vape yang masih menghisap rokok. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka biasanya mulai mengurangi konsumsi rokok secara bertahap hingga akhirnya berhenti sepenuhnya. Studi tersebut menemukan bahwa hanya sekitar 6% pengguna vape yang kembali ke kebiasaan merokok setelah beralih ke vape.
Penelitian lain yang dilakukan pada 2012 oleh Theodore L. Wagener dari Health Sciences Center University of Oklahoma dan rekan-rekannya mengungkapkan bahwa 72% pengguna vape berhasil berhenti merokok, 92% mengalami penurunan signifikan dalam konsumsi rokok tembakau, dan hanya sekitar 10% yang merasa kesulitan untuk melepaskan kebiasaan merokok. Secara keseluruhan, lebih dari 96% partisipan dalam studi ini mengakui bahwa vape sangat membantu mereka untuk mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok.
Dari hasil studi-studi tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun tidak semua perokok berniat untuk berhenti, banyak yang akhirnya mengurangi konsumsi rokok tembakau secara signifikan setelah beralih ke vape. Oleh karena itu, temuan dari berbagai ahli kesehatan ini seharusnya mendapatkan perhatian serius, terutama dari pemerintah. Meskipun vape tidak sepenuhnya bebas risiko karena masih mengandung beberapa bahan berbahaya, dampak negatifnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok tembakau. Vape dapat menjadi alternatif yang efektif untuk membantu perokok aktif berhenti merokok, dan seharusnya dipertimbangkan sebagai bagian dari solusi pengendalian rokok.
9. BANYAK ORGANISASI KESEHATAN YANG TELAH MENYADARI DAMPAK POSITIF DARI VAPE
American Council on Science and Health, sebuah organisasi kesehatan dari Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa industri tembakau menguasai hampir seluruh pasokan nikotin, yaitu sekitar 99%. Jika industri vape terus berkembang, pasokan nikotin yang sebelumnya dikuasai oleh tembakau dapat beralih ke vape. Dalam upaya untuk mengurangi jumlah perokok, negara mungkin membuat regulasi yang lebih ketat, yang dapat menyebabkan industri tembakau menaikkan harga rokok untuk tetap mendapatkan keuntungan dan mendorong perokok beralih ke alternatif yang lebih aman.
Di Inggris, beberapa organisasi kesehatan mulai mengakui manfaat vape. Royal College of Physicians di London, misalnya, berpendapat bahwa vape dapat secara signifikan mengurangi jumlah perokok aktif, menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit terkait rokok, serta mengurangi bahaya bagi perokok pasif. Begitu juga dengan Action on Smoking and Health di Inggris yang menyatakan bahwa vape jauh lebih aman dibandingkan rokok tembakau dan membantu perokok berhenti merokok.
Meskipun dampak penggunaan vape perlu diteliti lebih jauh dalam jangka panjang, bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa vape lebih aman dibandingkan dengan rokok tembakau, serta efektif membantu perokok untuk berhenti. Sayangnya, di Indonesia, organisasi kesehatan masih belum sepenuhnya menyadari hal ini dan malah mendukung pelarangan vape, sementara rokok tembakau yang lebih berbahaya masih legal dan diperbolehkan.